Tinggal di Australia, Yay or Nay?–(Balada WHV part 4)
Perkenalkan, saya adalah seorang anak kampung yang tinggal di sebuah kota kecil yang sampai sekarang nggak terjamah oleh sebuah peradaban bernama MALL. Ya, Saya lahir dan dibesarkan di kota yang begitu bersahaja sehingga nampaknya enggan berdandan kelewat wahh dan memiliki prinsip saklek “cintai aku apa adanya”. Oleh karena itu, karena terkungkung sekian tahun dalam ruang lingkup seadanya membuat saya menciptakan mimpi-mimpi yang demikian besar. Salah satunya adalah minggat dari kota ini dan start earning my future somewhere out there, beneath the pale moonlight. Ya, saking jenuhnya belasan tahun “terpenjara” dalam rutinitas di area yang sama, rasanya saya pengen banget bisa kabur ke kota lain dan memulai hidup baru yang penuh dengan warna-warni kejutan yang bakalan nggak dinyana nggak diduga. Tuhan mengabulkan doa saya. Saya nggak cuma diijinkan untuk mencicipi pahit-getirnya berjuang di ibukota negara tercinta Jakarta. Tuhan memberikan bonus super istimewa, saya memperoleh kesempatan untuk hijrah ke sebuah negara megapolitan yang wakwaw gemerlapnya. Ya, saya pindah dan bekerja di Sydney, Australia. Meski nggak terlalu sulit beradaptasi dengan fenomena gegar budaya yang biasanya orang alami, awal mula mengadu nasib …